Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Ibu Memberi Asi Kurangi Risiko Kanker

Written By Unknown on Selasa, 19 Juni 2012 | 16.54

Ibu Memberi Asi Kurangi Risiko Kanker Risiko seorang wanita terkena kanker payudara memang lebih tinggi bila salah satu anggota keluarganya terkena kanker. Karena itu wanita dalam kelompok ini sangat disarankan untuk memberikan bayinya air susu ibu (ASI).

Dalam studi jangka panjang terhadap 60.000 wanita, diketahui wanita yang memiliki riwayat kanker payudara di keluarga dekatnya (ibu atau saudara perempuan), mengalami penurunan risiko yang sangat signifikan bila mereka menyusui bayinya.

"Menyusui bukan hanya baik untuk bayi tapi juga si ibu," kata ketua peneliti Dr.Alison M.Stuebe dari Universitas North Carolina, Chapel Hill, AS.

Kesimpulan studi ini diperoleh dari penelitian terhadap 60.075 perawat yang baru melahirkan dan berpartisipasi dalam studi Nurse's Health Study yang berlangsung antara tahun 1997 dan 2005.

Pada akhir Juni 2005 diketahui ada 608 wanita (sekitar satu persen) yang menderita kanker payudara di usia sekitar 46 tahun. Selain itu para peneliti juga melaporkan, wanita yang keluarga dekatnya menderita kanker payudara, risikonya berkurang hingga 59 persen bila mereka menyusui bayinya.

Penurunan risiko terkena kanker ini lebih terlihat pada wanita yang punya risiko sangat tinggi dan melakukan terapi hormon untuk pencegahan kanker payudara. Sedangkan pada wanita yang tidak memiliki riwayat kanker tidak diketahui adanya hubungan antara menyusui dan kejadian kanker.

Meski demikian, Stuebe menemukan bahwa wanita yang tidak menyusui namun mengonsumsi obat untuk menekan produksi air susunya, memiliki risiko kanker 42 persen lebih rendah bila dibanding dengan wanita yang tidak menyusui atau tidak menggunakan obat untuk menekan produksi ASI.

Menurut peneliti, bila seorang wanita tidak menyusui, jaringan di payudaranya akan kembali seperti pada saat sebelum hamil dan hal ini bisa menyebabkan terjadinya peradangan. Peradangan yang berlangsung sangat progresif diketahui berkaitan dengan kanker payudara.

"Hipotesa kami, wanita yang menyusui atau mengonsumsi obat penekan produksi ASI akan mencegah terjadinya peradangan," kata peneliti dalam laporannya yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Archieves of Internal Medicine.

Sayangnya, masih ada sebagian wanita yang menganggap memberikan ASI kepada bayi sering dianggap ketinggalan zaman dan merusak bentuk tubuh Ibu Memberi Asi Kurangi Risiko Kanker.
16.54 | 0 komentar | Read More

Makanan Bayi Harus bernutrisi Gizi

Makanan Bayi Harus bernutrisi Gizi Gencarnya iklan susu formula lanjutan ditengarai melemahkan tekad para ibu untuk terus memberikan ASI. Padahal, ASI seharusnya diberikan sampai bayi berusia dua tahun.

Meski susu formula dibuat dengan komponen semirip mungkin dengan air susu ibu (ASI), ASI tetap tak tergantikan. "Selama enam bulan pertama kehidupan bayi, ASI memenuhi 100 persen kebutuhan bayi," papar dr.Asti Praborini, Sp.A, dari Perkumpulan Perinatologi Indonesia Pusat.

Menurut Rini, komponen dalam ASI sangat spesifik, disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan bayi. "ASI memberikan imunitasi bagi bayi karena di dalamnya sudah terkandung anti virus dan anti kanker. Bayi juga tidak mudah infeksi. Itu sebabnya angka kematian bayi yang mendapat ASI lebih rendah," katanya saat dihubungi Kompas.com.

Sementara itu untuk bayi berusia 6 bulan ke atas, ASI masih memenuhi 70 persen kebutuhan bayi. "30 persennya di dapat dari makanan lain, tapi bukan susu formula," tegasnya. Hal ini karena pada usia 6 bulan bayi sudah diperkenalkan pada makanan padat, karena itu makanan bayi harus mengandung nutrisi dan gizi yang diperlukan.

Ditambahkan oleh Rini, susu sapi baru boleh diberikan saat bayi menginjak usia dua tahun. "Pada usia ini usus bayi sudah bagus dan sistem imunnya sudah kuat," katanya. Anak berusia dua tahun sebaiknya sudah dilatih kemandiriannya dengan cara tidak menyusu lagi.

Pemberian ASI sampai bayi berusia dua tahun ini sejalan dengan kode etik internasional dan anjuran badan kesehatan dunia (WHO). Pada tahun 1981 WHO dan Unicef mengatur pemasaran susu formula berupa Kode Pemasaran Pengganti ASI dan Indonesia hingga saat ini belum meratifikasi kode tersebut. "Iklan susu dan makanan bayi yang gencar menyesatkan ibu-ibu," kata Rini Makanan Bayi Harus bernutrisi Gizi.
16.52 | 0 komentar | Read More

Kualitas Asi Untuk Kecerdasan

Kualitas Asi Untuk Kecerdasan Pemenuhan nutrisi yang cukup merupakan syarat utama dalam tumbuh kembang anak, termasuk perkembangan otaknya. Kekurangan gizi akan menurunkan mutu otak seorang manusia. Oleh sebab itu, bayi butuh makanan yang baik kualitasnya maupun kuantitasnya.

Komponen utama pembentuk otak adalah lemak dan bahan baku untuk membentuk sel-sel saraf baru di dalam otak adalah protein. Air susu ibu (ASI) sebagai makanan utama bayi kaya akan asam lemak rantai panjang tak jenuh ganda yang berpengaruh penting dalam otak dan kecerdasan. Tak heran bila bayi yang mendapat ASI lebih cerdas.

Dalam studi yang dilakukan para peneliti dari Universitas Colorado, AS terhadap 126 kakak beradik dari 59 keluarga diketahui anak yang mendapat ASI cenderung memiliki nilai akademis lebih baik dibanding yang tidak mendapat ASI.

"Anak yang semasa kecilnya mendapat ASI cenderung lebih cerdas dan lebih sehat, sehingga nilai akademis mereka di sekolah lebih baik," kata peneliti, Daniel Rees, Ph.D.

Penelitian ini merupakan yang pertama yang menggunakan data dengan responden kakak beradik dengan mengesampingkan faktor lain, seperti sosial ekonomi, lingkungan keluarga, dan intelektual orangtua Kualitas Asi Untuk Kecerdasan.
16.50 | 0 komentar | Read More

Asi Lebih Manfaat dari Susu Formula

Asi Lebih Manfaat dari Susu Formula Meski kesadaran pemberian air susu ibu secara eksklusif semakin tinggi, para ibu sering kali ragu dan tergoda menggunakan susu formula saat proses menyusuinya tidak lancar atau terjadi perubahan pada bayi. Padahal, ASI mengandung segala zat yang dibutuhkan bayi, termasuk zat-zat tambahan yang digunakan dan diiklankan pada susu formula.

”Promosi susu formula perlu diatur agar tidak sampai memengaruhi ibu-ibu yang ragu saat menyusui bayinya,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Badriul Hegar seusai seminar 10 Langkah Keberhasilan Menyusui di RS St Carolus, Jakarta, Kamis (19/8/2010).

Jika bayi mengalami kendala saat menyusu, para ibu sebaiknya segera membawanya ke dokter anak atau klinik laktasi yang sudah ada di sejumlah rumah sakit. Hingga usia enam bulan, bayi sebaiknya hanya diberi ASI dan dihindarkan dari penggunaan susu formula. Setelah enam bulan, bayi memang memerlukan makanan tambahan, tetapi pemberian ASI sebaiknya tetap dilakukan hingga anak usia 2 tahun.

Ketua Umum Sentra Laktasi Indonesia Utami Roesli mengatakan, pemberian ASI sesuai waktunya membuat bayi lebih jarang menderita berbagai penyakit, seperti kanker anak, pneumonia, diare, jantung, alergi, hingga asma. Semakin lama waktu menyusui akan semakin meningkatkan kemampuan intelektual anak serta menghindarkan mereka dari kelainan mental saat anak dan remaja, seperti autisme, gangguan berpikir, gangguan bersosialisasi, hingga agresif.

Namun, promosi pentingnya pemberian ASI kalah jauh dengan iklan susu formula buatan pabrik. Data The Ecologist April 2006 menunjukkan, biaya promosi iklan susu formula di Inggris mencapai Rp 360.000 per bayi, sedangkan promosi Pemerintah Inggris untuk penggunaan ASI hanya Rp 2.520.

Untuk melawan iklan penggunaan susu pengganti ASI oleh perusahaan susu formula memang sulit. Hal yang bisa dilakukan adalah membangun kesadaran penggunaan ASI secara terus-menerus oleh berbagai pihak, baik pemerintah, tim medis, maupun masyarakat. ”Penggunaan ASI tidak bisa dipaksakan, tapi ibu-ibu harus mendapat informasi seluas-luasnya tentang manfaat ASI, sama seperti gencarnya iklan susu formula. Karena itu, pemasaran pengganti ASI perlu diatur,” tegasnya.

Menurut Utami, Peraturan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1981 tentang Pemasaran Pengganti ASI telah mengatur pemasaran produk pengganti ASI, produk susu lain yang dipasarkan sebagai pengganti ASI, botol, dan dot.

Di antaranya disebutkan, fasilitas kesehatan tidak boleh digunakan untuk promosi susu formula atau produk sejenis, memajang produk pengganti ASI, serta tidak boleh menerima donasi atau membeli susu formula dengan harga diskon.

Dokter spesialis anak RS St Carolus Elizabeth Yohmi mengatakan, sesudah bayi lahir terkadang ASI masih sulit keluar atau bayi menjadi kuning. Itu bukan berarti bayi boleh diberi susu formula karena bayi mampu bertahan tanpa asupan apa pun hingga tiga hari sejak dilahirkan. Bayi kuning adalah hal wajar, asal bukan pada 24 jam pertama. ”Bayi cukup dijemur dan terus disusui,” katanya Asi Lebih Manfaat dari Susu Formula
16.49 | 0 komentar | Read More

Peranan Susu Formula Untuk Anak

Peranan Susu Formula Untuk Anak Salah satu penyebab meningkatnya penggunaan susu formula sebagai pengganti Air Susu Ibu (ASI) dikarenakan Indonesia tidak memiliki kode etik dalam pemasaran produk.

Oleh sebab itu, Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia) mendesak pemerintah secepatnya menerapkan kode etik pemasaran produk terutama susu formula, agar iklannya tidak mengecoh masyarakat.

"Pemerintah Indonesia harus melegalkan kode etik pemasaran produk terutama susu formula supaya inisiasi menyusui dini (IMD) dapat ditingkatkan," kata Dr. Asti Praborini , SpA, perwakilan Perinasia di sela acara “Sosialisasi UU Kesehatan No.36 Tahun 2009 Terkait Pasal-pasal Pemberian ASI Ekslusif, Kamis(02/11/10), di Jakarta.

Menurut Asti upaya itu harus dilakukan karena masyarakat menganggap susu formula pilihan kedua terbaik setelah ASI. Padahal itu keliru.

“Seharusnya, susu formula diberikan sebagai obat rujukan apabila bayi berada pada kondisi tertentu. Di negara-negara lain, susu formula hanya boleh dijual di farmasi, bahkan di beberapa negara tertentu pembelian susu formula harus menggunakan resep,” lanjut Asti.

Pelegalan kode etik pemasaran produk yang dimaksud Dr. Asti adalah  The International Code of marketing of Breastmilk Subtitles” yang dikeluarkan WHO  pada tahun 1981, selanjutnya disebut KODE WHO.

KODE WHO sendiri mencakup produk pengganti ASI dan produk susu lainnya, yaitu makanan dan minuman yang dipasarkan atau direpresentasikan cocok untuk digunakan sebagai pengganti ASI secara keseluruhan atau sebagian. Dikarenakan WHO merekomendasikan menyusui sampai 2 tahun, maka produk susu formul berlaku mulai anak berusia 2 tahun.

Bentuk larangan KODE sendiri meliputi:

1. Dilarang mengiklankan susu formula dan produk lain pada masyrakat 2. Dilarang memberi sampel gratis susu formula pada ibu 3. Dilarang promosi susu formula di sarana layanan kesehatan 4. Dilarang memberi hadiah atau sampel pada petugas kesehatan 5. Dilarang memuat gambar bayi atau gambar lainnya yang mengidealkan susu formula pada label produk 6. Informasi pada petugas kesehatan harus faktual dan ilmiah 7. Informasi susu formula termasuk pada label harus menjelaskan keuntungan menyusui dan biaya serta bahaya pemberian susu buatan.

­­­­­­­­Penerapan kode etik pemasaran produk di Indonesia harus secepatnya dilakukan. Karena menurut penelitian KODE, Indonesia merupakan salah satu negara yang angka pemberian ASI eksklusifnya sangat rendah. Pelanggaran kode etik pemasaran  produk (khusunya susu formula) sangat luar biasa, yaitu terjadi semua media, menembus jajaran petugas kesehatan, dan langsung ke konsumen.

Menurut Asti, Indonesia dapat berkaca dari suksesnya program IMD di Guatemala, “Sejak sukses mengimplementasi KODE, kurang dari 10 tahun ASI eksklusif 6 bulan di Guatemala meningkat dari 56 persen menjadi 83 persen. Kuncinya legalisasi KODE, didukung badan independen ynag multisektoral, yaitu kesehatan,pendidikan, buruh, ekonomi, industry, dsb," kata Asti.

Selain itu menurut Asti, “Menteri kesehatan lah yang nantinya akan  memiliki wewenang mengontrol implementasi KODE. Apabila terjadi pelanggran produsen susu tersebut bisa diberikan peringtan, denda, ijin produksi tidak diperpanjang, bahkan pabriknya ditutup,” kata Asti Peranan Susu Formula Untuk Anak.
16.47 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger